Manaqib Sayidah Fatimah az-Zahra al-Batul binti Muhammad SAW
Fatimah
binti Muhammad (606/614 - 632) atau lebih dikenal dengan Fatimah
az-Zahra (Fatimah yang selalu berseri) (Bahasa Arab: فاطمة الزهراء )
putri bungsu Nabi Muhammad SAW dari perkawinannya dengan istri
pertamanya, Khadijah.
Kelahiran & Kematian
Fatimah
dilahirkan pada hari Jumat, 20 Jumadil akhir di Mekkah, tahun kelima
setelah kerasulan Nabi Muhammad[1], atau sekitar tahun 614 M (menurut
tradisi Syi'ah) atau tahun 606 M (menurut Sunni). Tempat beliau
dilahirkan ialah di rumah ayah dan ibunya. Beliau.rha wafat pada tahun
ke-11 Hijriyah, enam bulan setelah wafatnya Rasulullah[2], dan
dimakamkan secara rahasia di Pemakaman Baqi', Madinah.
Pernikahan
Ketika
usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu
sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, Ali bin Abi Thalib.
Fatimah
Az-Zahra tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak hanya merupakan putri
dari Rasulullah, namun juga mampu menjadi salah satu orang kepercayaan
ayahnya pada masa Beliau. Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang
sabar,dan penyayang karena itu Fatimah Az-Zahra lebih dikenal daripada
putri-putri Rasulullah yang lainnya. Rasullullah sering sekali
menyebutkan nama Fatimah sebagai contoh dalam setiap ceramah Beliau,
salah satunya adalah ketika Rasulullah pernah berkata " Apabila Fatimah
Az-Zahra mencuri, niscaya akan kupotong tangannya dengan tanganku
sendiri".
Fatimah
al-Zahra.rha (Sahih Bukhari, Juz 5, hadisth 368, dan 546) adalah puteri
kepada Rasulullah s.a.w. Ibunya Khadijah iaitu isteri Rasulullah s.a.w
yang pertama dan amat dikasihinya. Tentang bundanya Khadijah, Rasulullah
s.a.w pernah bersabda yang bermaksud: "Empat wanita yang terbaik ialah
Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran,
dan Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun." [Muhibuddin al-Tabari,
Dhakha'ir al-Uqba fi Manaqib Dhawi al-Qurba, hl. 42; Al-Hakim alam
al-Mustadrak, Juz 3, hlm. 157].
Sayyidah
Fathimah.rha mempunyai nama-nama timangan seperti Ummal Hasan, Ummal
Husayn, Ummal Muhsin, Ummal A'immah dan Umma Abiha.
Rasulullah
s.a.w menggelarkannya Fathimah as sebagai "Ummu Abiha" bermaksud ibu
kepada ayahnya. Ini kerana Fathimah as sentiasa mengambil berat tentang
ayahandanya yang dikasihi itu. Selain daripada itu gelaran-gelaran lain
ialah Zahra, Batul, Siddiqah Kubra, Mubarakah, Adhra, Tahirah, dan
Sayyidah al-Nisa.
Fatimah
dilahirkan pada 20 Jamadil Akhir di Mekah iaitu pada Hari Juma'at,
tahun kelima selepas kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. Tempat beliau
dilahirkan ialah di rumah ayahanda dan ibundanya iaitu Rasulullah s.a.w
dan Khadijah ak-Kubra. Beliau AH wafat pada tahun ke-11 hijrah iaitu
selepas enam bulan kewafatan ayahandanya Rasulullah s.a.w [al- Bukhari,
Sahih, Juz 5, Hadisth 546]
Mengapa
diberikan Nama Fatimah? Menurut Imam Ali al-Ridha .ra nama "Fatimah"
diberikan oleh Rasulullah s.a.w Fathimah as dan para pengikutnya
terpelihara dari api neraka. Imam Ja'far al-Sadiq .ra berkata: "
Rasulullah s.a.w bersabda kepada Ali .kwj: Tahukah kamu nama mengapa
nama Fatimah diberikan kepadanya? Ali menjawab: Mengapa dia diberikan
nama itu? Dia (Rasulullah s.a.w) bersabda: Kerana dia dan golongannya
akan diperlihara dari api neraka."
Ketika
masih berumur dua tahun Fathimah as turut bersama-sama ayahanda dan
bondanya di perkampungan Shi'bi Abi Talib kerana di boikot oleh
masyarakat Mekah. Kemudian pada tahun ke sepuluh kerasulan, bundanya
Khadijah pula meninggal dunia. Peristiwa ini menjadikan Fatimah banyak
bergantung hidup kepada ayahandanya Muhammad Rasulullah s.a.w.
Dalam
peristiwa hijrah ke Madinah, Fathimah as bersama-sama dengan
rombongannya iaitu Fatimah binti Asad bin Hashim iaitu ibu kepada Imam
Ali .kwj, Fatimah binti al-Zubair bin Abdul Muttalib,Fatimah binti
Hamzah, dan juga Ayman dan Abu Waqid al-Laithi berhijrah ke Madinah.
Rasulullah s.a.w telah sampai dahulu di Quba, Madinah. Sebelum
meninggalkan Mekah Rasulullah s.a.w telah mengarahkan Ali bin Abi Talib
supaya menyusul bersama keluarganya kemudian. Justeru, rombongan hijrah
tersebut diketuai oleh Ali bin Abi Talib.kwj.
Sayyidina Ali bin Abu Thalib meminang Sayyidatuna Fathimah ra.
Diriwayatkan
dari Abdillah bin Buraidah dari ayahnya bahwa ia pernah berkata :
Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar pernah meminang Sayyidatuna
Fathimah, maka Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya ia masih kecil”.
Kemudian Sayyidina Ali ra meminangnya, maka Rasulllah saw menikahkan
Sayyidatuna Fathimah dengannya. Diriwayatkan dari Imam Thabroni bahwa
Rasullah bersabda :
إنّ اللّه تعالى أمرني أن أزوّج فاطمة من عليّ. ( رواه الطبراني )
“Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan kepadaku agar menikahkan Fathimah dengan Ali”.
Sayyidina
Ali telah menyiapkan sebuah rumah sebagai tempat untuk menyambut calon
istrinya. Putra-putri Bani Abdul Muthallib sangat merasa gembira sekali
sebagaimana kebahagiaan itu meliputi para sahabat Anshar dan Muhajirin.
Telah diriwayatkan dari Atho’ bin As Sa’ib dari ayahnya dari Sayyidina Ali ra, bahwa beliau berkata :
“Rasulullah
saw telah memberi perlengkapan kepada Fathimah berupa khomil ( kain
beludru yang terbuat dari kapas ), geriba ( tempat minum dari kulit )
dan bantal yang berisi rumput idzkir ( sejenis rumput yang basah dan
berbau harum ).
Dalam riwayat lain dari
Sayyidina Ali ra, bahwasanya ketika Rasulullah saw mengawinkan dirinya
dengan Sayyidatuna Fathimah, maka beliau membekali Sayyidatuna dengan
Khomilah ( kain beludru ), bantal yang berisi sabut, dua alat
penggiling, siqo’ ( wadah air dari kulit ) dan dua tempayan air.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata:
“Ketika
Rasulullah saw, menikahkan Sayyidatuna Fathimah dengan Sayyidina Ali,
maka sesuatu yang dihadiahkan Rasulullah kepada Fathiimah adalah ranjang
tempat tidur yang diikat dengan tali yang terbuat dari daun kurma dan
bantal yang berisi sabut, serta geriba.
Ibnu Abbas berkata
lagi : “Orang-orang datang membawa kerikil pasir, kemudian mereka
letakkan merata di dalam rumah pengantin ( Hadits ).
Demikianlan
pernikahan berlangsung dengan biaya relative sedikit serta ongkos yang
amat murah, dan terlaksana dengan penuh keramahan, kemudahan serta penuh
kebaikan.
Kehidupan Sayyidatuna Fathimah ra di rumah suaminya.
Sayyidina
Ali Kw adalah seorang faqir yang tidak memiliki apa-apa. Kehidupan
dirinya bersama Sayyidatuna Fathimah ra dalam keadaan serba sulit.
Keadaan tubuh Sayyidatuna Fathimah yang lemah akibat penderitaan beliau
yang pernah dialami ketika terjadi pemblokadean kaum muslimin dibukit
berupa kelaparan dan embargo ekonomi. Dan setelah bebas dari
pemblokadean, Sayyidatuna fathimah menanggung penderitaan dan kepayahan
hidup serta ikut bersama Nabi saw, menanggung perlakuan jahat
orang-orang kafir Quraisy. Beliau hijrah ke kota Madinah dalam keadaan
kedua kaki berdarah dan tinggal di rumah suaminya Sayyidina Ali kw yang
alim dan wara’, seorang mujtahid yang dalam keterpaksaannya ia tidak
pernah dapat menjamin untuk bisa makan pagi atau sore, maka Sayyidatuna
Fathimah pun mengikuti suaminya dengan rela sepenuhnya.
Sayyidina
Ali kw selalu membantu pekerjaan istrinya semampunya, karena beliau
tidak mampu membayar seorang pelayan yang dapat membantu tugas istrinya.
Diriwayatkan dari Sayyidina Ali kw, bahwa beliau pernah berkata kepada
Ibnu Ummi Abd :
“Maukah Kuceritakan kepadamu
tentang diriku bersama putri Rasulullah saw, ia adalah keluarga
Rasulullah saw yang amat beliau cintai. Suatu hari ia pernah berada
disampingku, lalu ia menggiling dengan alat penggiling sampai alat itu
menimbulkan bekas ditangannya. Ia juga mengambil air dengan geriba
sampai alat itupun membekas pada lehernya. Ia juga menyapu rumah
sehingga pakaiannya penuh dengan debu. Ia pun memasak dengan periuk
sehingga pakaiannya menjadi sangat kotor.”
Diriwayatkan dari Sayyidatuna Fathimah ra, bahwa beliau berkata :
“Sungguh
kedua tangan saya menjadi tebal dan kasar karena alat penggiling,
kadangkala aku membuat tepung dan kadangkala aku membuat adonan.” (HR.
Ad Daulabi, Ahmad dan Turmudzi )
Suatu ketika
kaum muslimin menang dalam peperangan dan berhasil menawan beberapa
tawanan wanita; saat itu Sayyidina Ali kw berkata kepada Sayyidatuna
Fathimah :
“Pergilah dan mintalah seorang
tawanan wanita yang dapat menolong pekerjaanmu dan saya kira Nabi saw
tidak akan menolak permintaanmu karena kedudukanmu yang dekat dengan
beliau.”
Maka Sayyidatuna Fathimah ra mematuhi perintah suaminya dan berangkat ke tempat Nabi saw. Maka Nabi saw bertanya kepadanya :
“Ada apa wahai putriku?”
Sayyidatuna Fathimah menjawab :
“Saya hanya datang untuk mengucapkan selamat kepada ayah.”
Beliau
malu untuk meminta sesuatu dari ayahnya sendiri; lalu beliau kembali ke
rumahnya. Ketika Sayyidina Ali kw mengetahui keadaan ini, maka beliau
mengantar Sayyidatuna Fathimah pergi ke tempat Nabi saw dan mengutarakan
niatnya untuk meminta seorang tawanan wanita yang dapat membantu
pekerjaan Sayyidatuna Fathimah di rumah, karena ia kelihatan tidak mampu
menyelesaikan pekerjaannya sendirian. Maka Rasulullah saw menjawab :
“Tidak,
Demi Allah aku tidak akan memberi kalian, sementara aku membiarkan
Ahlus Shuffah ( orang-orang fakir yang tinggal diserambi masjid ) dalam
keadaan perut mereka terlipat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang akan
kubelanjakan untuk mereka, tapi akan menjual para tawanan itu lalu akan
kubelanjakan hasilnya untuk Ahlus Shuffah.”
Dalam riwayat lain dari sanad Abi Umamah dari Sayyidina Ali kw, bahwasanya Rasulullah bersabda :
“Bersabarlah engkau wahai Fathimah! Sesungguhnya wanita yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi keluarganya.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda :
“Maukah
kalian kuberitahu mengenai sesuatu yang lebih baik daripada sesuatu
yang telah kalian minta kepadaku? Ada beberapa kalimat yang diajarkan
kepadaku oleh Jibril yaitu setiap selesai menjalankan sholat, hendaklah
kalian membaca tasbih 10x, membaca tahmid 10x serta membaca takbir 10x.
dan ketika kalian beranjak ketempat tidur, maka hendaklah kalian membaca
tasbih 33x, membaca tahmid 33x serta membaca takbir 33x.
(HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Ahmad, Ad Darimi dan Abu Nua’im).
Kepribadian Fatimah al-Zahra.rha
Fathimah
as termasuk dalam Ahlul Bayt Rasulullah s.a.w sebagaimana yang
dinyatakan dalam ayat al-Tathir dalam surah al-Ahzab: 33. Dalam Surah
Al-Ahzab: 33 bermaksud:
"Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa),
wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu sebersih- bersihnya."
Riwayat Hadis Al-Kisa
Di
bawah ini disebutkan beberapa ulama dan ahli tafsir yang telah
meriwayatkan hadisth tersebut melalui berbagai sumber. Semua riwayat
tersebut saling berhubungan di dalam bentuk yang berbeda-beda dan
berikut adalah sebahagian daripadanya:
• Muslim, Sahih, Kitab Fadail al-Sahabah, Bab Fadail Ahl Bayt al-Nabi, Jilid VII, hlm.130.• Ahmad bin Hanbal, Musnad, Jilid I, hlm.331; Jilid III, hlm.151-259 dan 285, Jilid IV, hlm.5 dan 107; Jilid VI, hlm. 292, 296, 298, 304,dan 322.• Al-Tirmidzi, Sahih, K-44, Surah H-7, K-46, B-31 dan 60.• Jalal al-Din al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, Jilid V, hlm. 198-199• Syaikh Abd. al-Haq Muhaddith Dehlavi, Asya'atal al-Lamaat, Jilid IV,hlm.278-379.• Abu Dawud al-Tayalisi, Musnad, Jilid VIII, hlm.474, hadisth 2055.• Ibn Hajar al-Makki, Al-Sawa'iq al-Muhriqah di bawah tajuk Barahin Qat'iah.
Fatimah
az-Zahra.rha mempunyai sifat-sifat kemuliaan yang dinyatakan dalam
al-Qur'an. Ulama dari pelbagai mazhab bersetuju bahwa ayat al- Qur'an
surah Al-Insaan (76); 8-9 ditujukan kepada keluarga Fathimah.rha yaitu
yang bermaksud: "Dan mereka memberikan makanan yang disukai kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberikan
makanan kepada kamu hanyalah untuk mendapatkan keridhaan Allah.
Tidaklah kami mengharapkan balasan daripada kamu dan tidak juga (ucapan)
terima kasih."
Ayat
di atas mengisahkan Hasan dan Husayn .ra sedang dalam keadaan sakit.
Rasulullah s.a.w dengan beberapa orang sahabat menziarahi (mengunjungi)
mereka. Rasulullah s.a.w menganjurkan kepada Ali.kwj untuk bernazar
kepada Allah SWT bahwa dia dan keluarganya akan berpuasa selama tiga
hari apabila anak mereka sembuh dari penyakit tersebut. Ali, Fatimah,
dan pembantu mereka, Fizzah, bernazar kepada Allah SWT. Apabila Hasan
dan Husein.ra sembuh, mereka pun berpuasa. Pada waktu berbuka datang
seorang pengemis meminta makanan kepada mereka. Pada hari itu mereka
hanya berbuka dengan saja. Keesokan hari ini datang seorang anak yatim
meminta makanan daripada mereka pada waktu berbuka dan sekali lagi
mereka hanya berbuka dengan air saja. Pada hari ketiga, datang pula
seorang tawanan perang meminta makanan. Selepas memberikan makanan, Ali
membawa anak-anaknya ke rumah Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w merasa
sedih melihat keadaan cucunya itu. Ali.kwj membawa Rasulullah s.a.w ke
rumah mereka. Sampai di sana Rasulullah s.a.w melihat Fathimah.rha
sedang berdoa dengan keadaan yang amat lemah. Rasulullah s.a.w merasa
amat sedih. Turunlah malaikat Jibril berkata kepada beliau s.a.w," Wahai
Muhammad ambillah dia (Fatimah). Allah memberikan penghormatan pada
Ahli Bayt kamu." Lalu Jibril membacakan ayat tersebut.[Al- Hakim
al-Haskani, Shawahid al-Tanzil, jld.II, hlm.298; al-Alusi, Ruh
al-Ma'ani, jld.XXIX, hlm.157; Fakhur al-Razi, Jild.XIII, hlm.395]
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
"Fatimah adalah sebagian dariku. Barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [a-Bukhari, Jilid II, hlm.185]
Imam Ali al-Ridha.ra berkata bahwa Rasulullah s.a.w bersabda bermaksud:
"Hasan
AS dan Husayn AS adalah makhluk yang terbaik di dunia selepasku dan
selepas bapa mereka (Ali.kwj) dan ibu mereka (Fathimah.rha) adalah
wanita yang terbaik di kalangan semua wanita.".
Dari Imam Ali.kwj dari Rasulullah s.a.w berkata kepada Fathimah.rha bermaksud:
"Sesungguhnnya Allah marah karena kemarahanmu dan ridha karena keridhaanmu. " [Mustadrak al-sohihain, Juz 3, hlm152]
Dari Aisyah berkata bahwa:
"Tidak
pernah aku melihat seorang pun yang lebih benar dalam berhujah
daripadanya melainkan ayahnya (Rasulullah s.a.w)." [Mustadrak
al-Sohihain, Juz 3, hlm.160]
Al-Imam
Bukhari meriwayatkan sebuah hadisth dari Aisyah berkata bahwa
Rasulullah s.a.w bersabda: ".....Tidakkah engkau ridha (wahai Fatimah)
bahwa engkau adalah saidati-nisa fil-Jannah (pemimpin wanita di syurga)
atau pemimpin wanita seluruh alam..." [Sahih Bukhari, Jld. IV, hadisth
819]
Dalam hadisth yang lain al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah sebuah hadisth yang panjang dan di sini dinyatakan sebagiannya:
"....Wahai
Fatimah! Tidakkah engkau ridha bahwa engkau adalah saidati-nisa
il-mu'minin (pemimpin wanita mu'minin) atau saidanti- nisa-i hadzhihi
il-ummah (pemimpin wanita umah ini)?" [Al-Bukhari, Jilid 8, hadisth 301]
Al-Bukhari
meriwayatkan hadisth dari Imam Ali.kwj bahwa pada suatu ketika
Fathimah.rha mengadu tentang kesusahannya mengisar tepung. Apabila
beliau.rha mendengar berita ada beberapa orang hamba dari rampasan
perang telah dibawa kepada Rasulullah s.a.w, beliau.rha lalu pergi (ke
rumah Rasulullah s.a.w) untuk menemui baginda s.a.w bagi mendapatkan
pembantu tersebut, tetapi pada ketika itu (Rasulullah s.a.w tidak ada di
rumah) Aisyah tidak dapat mencari baginda s.a.w. Lalu Fatimah
menceritakan hasratnya kepada Aisyah. Apabila Rasulullah s.a.w pulang,
Aisyah menyatakan kepadanya perkara tersebut. Rasulullah s.a.w kemudian
pergi ke rumah kami....Maukah kamu aku beritahu suatu perkara yang lebih
baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu hendak masuk ke
tempat tidurmu, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34 kali, Alhamdulillah 33
kali, dan Subhan Allah 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu
inginkan (budak/pembantu)."[Al- Bukhari, Jld. VI, hadisth 344]
Amru bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata:
"Tidak
pernah aku melihat seseorang pun yang lebih benar daripada Fatimah
salamullah 'alaiha selain daripada ayahnya." [Hilyatul- awliya, Juz 2,
hlm. 41]
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
"Pada
malam aku diangkat ke langit (mi'raj), aku melihat di pintu syurga
tertulis bahwa Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah,
Allah mengasihiku, dan Hasan, dan Husein sofwatullah (sari yang terbaik
dari Allah), Fatimah Khiratullah (sesuatu yang terbaik dari pilihan
Allah), laknatullah ke atas mereka yang membenci mereka." [Tarikh
al-Baghdadi, Juz 1, hlm. 259]
Fatimah al-Zahra as mempunyai sifat-sifat berikut seperti ayahnya dan suaminya serta anggota keluarganya:
(1) menemukan jalan yang benar (ihtida')
(2) mentaati prinsip-prinsip Islam (iqtida'), dan
(3) berpegang teguh serta menyakini kewajiban-kewajibannya (tamassuk)."
[Nasa'i dalam Khashais Alawiyyah]
Kedudukan Sayyidatuna Fathimah disisi Rasulullah saw.
Rasulullah bersabda :
فاطمة بضعة منّي فمن أغضبها فقد أغضبني. ( رواه البخارى )
“Fathimah adalah bagian darah dagingku, barangsiapa yang membuatnya marah maka ia telah membuatku marah.”
( HR. Bukhari )
Diriwayatkan
dari Zaid bin Arqam bahwa ia berkata ; Rasulullah saw pernah berkata
kepada Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan
Sayyidina Husein :
انا حرب لمن حاربتم وسلم لمن سا لمتم ( رواه احمد، التر مذى، إبن هباّن و الحاكم )
”Saya memerangi orang-orang yang kalian perangi dan saya berdamai dengan orang-orang yang kalian ajak berdamai.”
( HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, serta shahih menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim )
Keistimewaan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra.
كمل
من الرّجال كثيرا ولم يكمل من النّساء إلاّ مريم بنت عمران وآسية امرأة
فرعون و خديجة بنت خويلد و فا طمة بنت محمّد و فضل عائسة على النّسآء كفضل
الثريد على سائر الطعام.
( رواه البخارى و مسلم )
“Banyak
dari kaum lelaki ( para hamba Allah swt ) yang sempurna, dan tidak ada
dari kalangan kaum perempuan ( hamba Allah swt ) yang sempurna kecuali
Maryam putri ‘Imran, Asiyah istri Fira’un, Khadijah puteri Khuwailid dan
Fathimah putri Muhammad, sedangkan keistimewaan ‘Aisyah dibandingkan
dengan perempuan lain ( dari para hamba Allah swt ) adalah seperti
keistimewaan tsarid ( roti yang diremuk dalam kuah ) melebihi seluruh
makanan lainnya.” ( HR. Bukhari - Muslim )
حسبك
من نساء العالمين اربع : مريم بنت عمران وخديجة بنت خويلد وفاطمة بنت محمد
وآسية امرأة الفرعون. ( رواه الترمذى,حاكم, احمد و ابن هبان )
“Cukup
untuk kamu ketahui bahwa diantara wanita sealam semesta ( yang paling
mulia ) ada empat orang yaitu Maryam puteri Imran, Khadijah puteri
Khuwailid, Fathimah puteri Muhammad dan Asiyah istri Fir’aun.”
( HR. Turmudzi, Hakim, Ahmad dan ibnu Hibban )
يافاطمة أمّا ترضين ان تكونى سيّدة نسآء المؤمنين او سيّدة هذه الأمة, فضحكت الذى رأيت.
( متّفق عليه )
“Wahai Fathimah tidakkah engkau senang menjadi junjungan para wanita orang-orang mukmin atau junjungan para wanita umat ini.”
( HR. Bukhari, Muslim, dll )
افضل نساء اهل الجنّة خديجة و فاطمة. ( رواه احمد و الحاكم )
“Wanita penduduk surga yang paling utama adalah Khadijah dan Fathimah.”
( HR. Ahmad dan Al Hakim )
ان فاطمة الزّهراء احبّ اهل بيتى إليّ. ( رواه احمد )
“Sesungguhnya Fathimah Az-Zahra adalah Ahli Baitku yang paling kucintai.”
( HR. Imam Ahmad )
Diantara
keistimewaan Sayyidatuna Fathimah ra adalah sesungguhnya Allah swt
telah melestarikan anak cucu Nabi saw lewat anak cucu Fathimah dan
melanggengkan keturunan Raulullah saw lewat keturunan Sayyidatuna
Fathimah ra. Karena hanya Sayyidatuna Fathimah satu-satunya diantara
putra-putri Nabi saw yang menjadi ibu bagi keturunan Ahli Bait.
Anak-anak Nabi saw yang laki-laki tidak ada yang berumur panjang.
Putra-putra beliau yang bernama Qasim, Abdullah dan Ibrahim telah
meninggal dunia saat mereka masih anak-anak. Adapun putri-putri Nabi saw
adalah empat orang yaitu Zainab, Ruqaiyah, Ummu Kultsum dan Fathimah
Az-Zahra. Semua putri Nabi saw terputus keturunannya; kecuali keturunan
Sayyidatuna Az-Zahra Al-Batul. Allah swt telah memberi karunia kepada
Sayyidatuna Az-Zahra ra berupa dua orang putra yaitu Sayyidina Hasan dan
Husein dan seorang putri yaitu Sayyidatuna Zainab ra; dan hanya dari
kedua putranya ( Sayyidina Hasan dan Husein ) cucu Rasulullah saw
asal-usul seluruh para Ahli Bait yang mulya.
Kezuhudan Fatimah al-Zahra.rha
Imam
Hasan.ra meriwayatkan, " Aku belum pernah melihat seorang wanita yang
lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama
sehingga kakinya menjadi bengkak." Imam Hasan.ra juga meriwayatkan:
"Aku
melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumat. Beliau
meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar
beliau.rha berdoa untuk kaum mu'minin dan mu'minah dengan menyebut
nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau.rha
tidak berdoa untuk dirinya sendiri."Ibu, " Aku bertanya kepada
beliau.rha."Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu
berdoa untuk orang lain?" Beliau menjawab," Anakku, (berdoalah) untuk
tetangga kerabatmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri." [Abu
Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169; Sayyid Abdul Razak
Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al- Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah,
Juz 13, hlm.45]
Asma' binti Umays meriwayatkan:
"Pada
suatu ketika aku sedang duduk-duduk bersama Fathimah.rha apabila Nabi
s.a.w datang. Beliau s.a.w melihat Fathimah.rha memakai kalung di
lehernya yang telah diberikan oleh Ali bin Abi Talib.kwj dari
bahagiannya yang diambil daripada harta rampasan perang.
"Anakku",
beliau s.a.w berkata,"Janganlah tertipu dengan apa yang orang katakan.
Anda adalah Fatimah puteri Muhammad, anda memakai barang perhiasan (yang
menjadi kesukaan) orang-orang yang congkak."
Beliau.rha
serta-merta melucutkan kalungnya pada ketika itu juga dan menjualnya.
Dengan uang dari penjualan tersebut, beliau.rha membeli dan kemudian
membebaskan seorang hamba lelaki. Apabila Rasulullah s.a.w mendengar apa
yang beliau.rha lakukan, beliau s.a.w berasa gembira dan mendoakan
rahmat kepada Imam Ali.kwj.
[Al-Hakim, Al-Mustadrak,Juz 3, hlm. 152]
Karamah Fatimah al-Zahra.rha
Abu
Sai'd al-Khudri berkata: "Pada suatu hari Ali.kwj berkata bahwa
beliau.kwj berasa amat lapar. Beliau.kwj kemudian meminta Fathimah.rha
menyediakan makanan. Fathimah.rha bersumpah bahwa tidak ada makanan yang
tinggal untuk menghilangkan kelaparan Ali.kwj. Imam Ali.kwj bertanya
mengapa Fathimah.rha tidak memberitahukan kepadanya bahwa di rumah
mereka sudah tidak ada makanan lagi. Fathimah.rha menyatakan bahwa
dia.rha berasa malu untuk menyatakan perkara itu, dan dia.rha juga tidak
mau menuntut apa-apa dari Imam Ali.kwj. Imam Ali.kwj keluar dari rumah
dengan rasa tawakal kepada Allah SWT. Beliau.kwj meminjam uang sebanyak
satu dinar dengan hasrat niat untuk membeli makanan untuk ahli rumahnya
(keluarganya). Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu Sahabat Miqdad
ibn Aswad.ra sedang terbaring di atas jalan pasir yang panas terik
matahari yang membakar. Miqdad kelihatan sedih dan tidak bersemangat.
Lalu Imam Ali.kwj bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan
menyatakan perkara yang berlaku kepada Imam Ali.kwj. Tetapi akhirnya dia
menyatakan juga rahasia itu dan berkata:
"Wahai
Abul Hasan! Aku bersumpah bahwa ketika aku keluar rumah tadi, ahli
rumahku berada di dalam kelaparan yang parah. Anak-anakku kelaparan dan
aku tidak sanggup menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku
meningggalkan mereka, dan berusaha mencari jalan untuk mengatasi masalah
tersebut."
Air
mata Sayidina Ali bin Abi Thalib.kwj jatuh berguguran dan mengenai
janggutnya apabila mendengar kisah tersebut. Imam Ali.kwj berkata
kepadanya:
"Aku bersumpah bahwa aku juga mengalami keadaan yang sama seperti engkau."
Ali,kwj
lalu menyerahkan uang yang dibawanya kepada Miqdad. Ali.kwj kemudian
pergi ke masjid di mana pada ketika itu Nabi s.a.w sedang sholat.
Ali.kwj bersholat di tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan
kewajipannya, beliau.kwj menemui Nabi s.a.w di pintu masjid. Rasulullah
s.a.w bertanya Ali.kwj tentang makanan yang dia ada untuk makan malam,
mengira Nabi s.a.w dijemput oleh menantunya untuk makan malam.
Ali.kwj
tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau.kwj tidak tahu apa yang harus
dikatakan. Kelihatannya Rasulullah s.a.w tahu tentang kisah uang satu
dinar itu.
Telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w bahwa hendaklah beliau s.a.w bersama Ali.kwj pada petang itu.
"Mengapa anda tidak berkata sesuatu?" tanya Nabi Muhammad s.a.w. Ali.kwj dengan menjawab: " Diriku di tanganmu."
Nabi
Muhammad s.a.w memegang tangan Ali.kwj dan dua orang yang agung ini
berjalan bersama-sama ke rumah Fathimah.rha. Apabila sampai di sana,
Fathimah.rha baru selesai menunaikan kewajibannya (sholat), dan di atas
tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang
mendidih. Fathimah.rha kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak
kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka. Nabi s.a.w
mengucapkan salam dengan lembut." Semoga Allah SWT memberi rahmat ke
atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan
malam!" sambung Rasulullah s.a.w.
Fathimah.rha
mengambil periuk tersebut dan meletakkan di hadapan ayahnya s.a.w dan
suaminya, Ali.kwj, yang terkejut dan bertanya isterinya bau makanan yang
lezat di dalam periuk itu. Fathimah.rha berkata: "Adakah anda marah
dengan memandangku dengan pandangan yang demikian! Adakah aku telah
melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima kemarahanmu!
?"
Ali.kwj
berkata: "Mengapa tidak? Semalam engkau bersumpah bahwa engkau tidak
mempunyai sedikit makanan pun untuk kita hidup selama beberapa hari! Apa
artinya ini semua?"
Dengan
memandang ke langit Fathimah.rha menyambung: "Tuhanku yang berkuasa ke
atas langit dan bumi akan menjadi saksi bahwa apa yang akan aku katakan
ini adalah benar."
Ali.kwj
menambah: "Wahai Fatimah! Sudikan anda menyatakan kepada kami kisah
sebenarnya. Sudikan anda dengan jujur menyatakan kepada kami siapakah
yang menghantar hidangan yang lezat ini yang menjadi makanan kita!"
Rasulullah
s.a.w dengan lembut meletakkan tangannya ke atas bahu Ali.kwj dan
berkata: "Wahai Ali! Semua ini adalah sebenarnya anugerah dari Allah SWT
kerana kemurahan kebaikan yang kamu tunjukkan ketika memberikan uang
dinar tersebut."...Sesungguhnya Allah memberikan (rezeki) apa yang
dikehendakiNya tanpa hisab."(Ali- Imran: 37)
"Dan apabila Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya." (Ali-Imran: 37) ,
[Amali Tusi, Jilid 2, hlm.228-230]
Sikap Rasulullah s.a.w Terhadap Fathimah.rha
Rasulullah mengaitkan Fathimah.rha dengan dirinya s.a.w. Justru Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
"Fatimah adalah daripadaku dan barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [Al-Bukhari, Jilid V, hadisth 111]
Ketika
berpergian, Fathimah.rha adalah orang yang paling akhir beliau s.a.w
mengucapkan selamat tinggal, dan ketika pulang dia (Fathimah as) adalah
orang yang pertama yang ditemui oleh ayahya s.a.w. [Ahmad bin Hanbal,
Musnad, Juz 5, hlm.275; Al-Baihaqi, Sunan, Juz 1, hlm.26].
Imam Ali.kwj suatu ketika bertanya kepada Rasulullah s.a.w:
"Wahai Rasulullah! Siapakah di kalangan keluargamu yang paling dekat denganmu?
“Fatimah
binti Muhammad," jawab baginda s.a.w. [Al-Tabari, Dhakair al-Uqba;
Al-Tirmidzi, Sunan. hlm.549; Al-Mustadrak, Jilid 3, hlm.21 dan 154]
Wafatnya Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra Al-Batul.
Ketika menjelang wafatnya, beliau berkata kepada Asma binti Amis :
“Tidakkah engkau lihat, sudah seberapa parah sakitku ini, maka janganlah engkau akan mengusungku di atas keranda yang terbuka.”
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Buraidah menyebutkan bahwa Sayyidatuna Fathimah ra, telah berkata kepada Asma’ :
“Sesungguhnya
saya sangat malu bila keluar dalam keadaan terbungkus, diusung oleh
para lelaki, sedangkan ditengah-tengah bungkus itu terdapat tubuh saya.”
Dalam riwayat Ummi Ja’far menyebutkan, bahwa Sayyidatuna Fathimah berkata :
“Sesungguhnya
saya menganggap jelek sekali perlakuan yang diperuntukkan kepada para
wanita yang ( jenazahnya ) dikenakan pakaian ( diberi kafan ) lalu
pakaian itu memperlihatkan bentuk tubuhnya.”
Maka Asma’ berkata kepada beliau :
“tidak…
sungguh demi hidupku wahai puteri Rasulullah saw.. namun aku akan
membikin keranda ( yang tertutup rapat ) sebagaimana yang pernah engkau
lihat itu dilakukan di Habasyah.”
Sayyidatuna Fathimah berkata :
“Coba hal itu perlihatkan kepadaku.”
Maka
Asma’ mengambil beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, lalu ia
melengkungkan pelepah-pelepah itu kemudian ia jadikan keranda di atas
tempat tidur. Ketika Sayyidatuna Fathimah melihatnya, beliau langsung
tersenyum, padahal beliau tidak pernah kelihatan tersenyum ( sepeninggal
Rasulullah saw ). Beliau berkata kepada Asma’ :
“Alangkah
bagusnya keranda ini dan alangkah indahnya. Dengan bentuk macam ini,
maka wanita akan bisa dibedakan dari orang laki-laki. Mudah-mudahan
Allah swt menutupi aibmu sebagaimana engkau telah menutupiku, dan
bilamana aku telah meninggal, maka mandikanlah bersama dengan Ali serta
jangan ada seorangpun yang masuk ke tempatku.”
Sayyidatuna
Fathimah ra wafat pada hari selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 H, dalam
usia 28 tahun. Beliau dimakamkan di Baqi’ pada malam hari. Shalat
jenazah beliau dipimpin oleh Sayyidina Ali. Dan ada yang mengatakan
dipimpin oleh Sayyidina Abbas ra. Yang menurunkan jenazah beliau ke
liang lahat adalah Sayyidina Abbas ra dan Sayyidina Ali ra serta Fadhil
bin Abbas. Sedangkan dalam kitab Adz Dzurriyah Ath Thahirah karangan Ad
Daulabi menyebutkan bahwa Sayyidatuna Fathimah hidup setelah wafatnya
Nabi saw, selama 3 bulan. Adapun riwayat yang paling shahih adalah
riwayat Az-Zuhri dari Urwah bin Zubair dari Aisyah bahwa beliau berkata:
“ Fathimah hidup setelah wafatnya Rasulullah saw selama 6 ( enam )
bulan.
( HR.Bukhari Muslim ).
mohon izin untuk kopy kisahnya "terimakasih"
BalasHapusSubhanallah
BalasHapusAllohumma sholi'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad
Allahumma sholli wasallim ala sayyidina Muhammad wa ala aalihi wasohbihi qasallim,,,
BalasHapusSemoga kita mendapat syafaat dunia akhirat
Suhbhanallah,,,